Bulan suci Ramadan adalah bulan yang multidimensi. Hal ini dikarenakan tidak hanya mencakup dimensi spiritual namun juga mencakup dimensi social dan moral yang tentu cakupanya sangatlah luas.
“Secara spiritual berpuasa merupakan
wujud penghambaan diri terhadap perintah suci Allah SWT. Sedang secara social dan
moral, berpuasa memiliki makna dengan spektrum yang lebih luas menyangkut
kehidupan bermasyarakat.
Dalam sebuah risalah berjudul al-Adab fid Din dalam Majmu'ah Rasail
al-Imam al-Ghazali (Kairo, Al-Maktabah At-Taufiqiyyah, t.th., halaman 439), menyampaikan
sebagai berikut:
آدَابُ الصِّيَامِ: طَيِّبُ اْلغِذاَءِ، وَتَرْكُ اْلمِرَاءِ،
وَمُجَانَبَةُ اْلغِيْبَةِ، وَرَفْضُ اْلكَذِبِ، وَتَرْكُ اْلآذَى ، وَصَوْنُ
اْلجَوَارِحِ عَنِ اْلقَبَائِحِ
Artinya: “Adab berpuasa, yakni: mengonsumsi makanan yang baik,
menghindari perselisihan, menjauhi ghibah (menggunjing orag lain), menolak
dusta, tidak menyakiti orang lain, menjaga anggota badan dari segala perbuatan
buruk.”
Berdasarkan pernyataan beliau, terdapat 6
(enam) adab Ramadhan, yaitu:
1.
Mengonsumsi
makanan yang baik
Makanan yang baik bukan berarti
makanan yang lezat atau mahal, tetapi adalah makanan yang halal dan baik bagi
kesehatan tubuh kita. Jika kita memiliki masalah pada pancreas kita maka kita
kurangi makanan yang mengandung gula, jika kita mengalami masalah kadar
kolesterol yang terlalu tinggi maka kita kurangi makanan yang berlemak dan
mengandung kolesterol. Bahkan ketika kita terlalu bermewah-mewahan dalam
santapan buka puasa atau pun sahur kemudian kita posting di media social kita, secara moral kita telah menyakiti orang-orang
fakir dan miskin. Seandainya kita diberi kelebihan harta maka berbagi kepada fakir dan miskin tentu lebih mulya daripada hanya memamerkan di media sosial.
2.
Menghindari
perselisihan
Di momen bulan puasa sudah sepatutnya kita menjaga kemulyaan
dan kesucian bulan Ramadhan dengan tidak mengotorinya dengan tindaka-tindakan
yang tidak bermoral dan dapat mengakibatkan retaknya hubungan sosial seperti
berselisih atau bertengkar. Namun seandainya ada seseorang yang mencela,
menghina, atau mengejek kita sehingga dapat mengakibatkan terjadinya
perselisihan ataupun pertengkaran, Rasulullah SAW memberikan tips agar hal
demikian tidak terjadi dalam haditsnya:
وَإِنِ
امْرُؤٌ قَاتَلَهُ أَوْ شَاتَمَهُ فَلْيَقُلْ: إِنِّي صَائِمٌ مَرَّتَيْنِ
Artinya: “Dan jika seseorang mengajak bertengkar atau
mencela maka katakanlah, ‘Sesungguhnya aku sedang berpuasa. (Ucapkan hal ini
dua kali)’.”
3.
Menjauhi
ghibah
Ghibah merupakan
perbuatan membicarakan keburukan atau aib orang lain. Meskipun yang dibicarakan
sesuai dengan kenyataan, Oleh
karena itu setiap orang yang berpuasa perlu bersikap hati-hati dalam menjaga
lisannya. Semakin baik kita menjaga
lisan, semakin banyak keselamatan kita dapatkan. Hal ini sejalan dengan hadits
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam yang diriwayatkan Al-Bukhari sebagai
berikut:
سَلَامَةُ
اْلِإنْسَانِ فِي حِفْظِ الِّلسَانِ
Artinya: “Keselamatan manusia bergantung pada
kemampuannya menjaga lisan.”
4.
Menolak
dusta
Ketika kita sedang berpuasa maka kita harus mampu
menghindari berkata dusta ataupun sumpah palsu, karena dapat mengurangi dan
menghilangkan pahala berpuasa kita dan tentunya akan mendapatkan dosa yang
lebih besar. Hal tersebut sebagaimana disinggung Rasulullah dalam haditsnya:
فَاتَّقُوا
شَهْرَ رَمَضَانَ فَإِنَّ الْحَسَنَاتِ تُضَاعَفُ فِيهِ وَكَذَلِكَ السَّيِّئَاتُ
Artinya: “Takutlah kalian terhadap bulan Ramadhan karena
pada bulan ini, kebaikan dilipatkan sebagaimana dosa juga dilipat-gandakan.”
5.
Tidak
menyakiti orang lain
Setiap perbuatan tercela akan berdampak langsung terhadap
kualitas ibadah puasa kita. Ibadah puasa yang kita lakukan dengan susah payah akan
sia-sia apabila kita tidak mampu menahan diri dari perbuatan-perbuatan yang
dapat menyakiti orang lain baik secara fisik maupun verbal. Oleh karena itu dalam
momentum bulan Ramadhan ini penting bagi kita untuk selalu sadar terhadap bahaya
dari lisan kita.
6.
Menjaga
anggota badan dari segala perbuatan buruk
Di bulan Ramadhan ini,
hendaklah kita dapat menjaga tangan kita dari perbuatan maksiat seperti memukul
orang lain, mencuri, dan sebagainya. Demikian juga kaki kita, jangan sampai
kita pergunakan untuk melangkah ke tempat-tempat maksiat. Begitu pula mata dan
telinga kita hendaknya selalu kita jaga agar tidak melakukan perbuatan maksiat
yang tentu dosanya akan dilipatkan dalam bulan suci ini.
Kesimpulannya ibadah puasa bukan sekedar menahan lapar dan dahaga dari
terbitnya matahari hingga terbenamnya matahari, lebih dari itu adalah bentuk
nyata dari penghambaan kita terhadap Allah SWT. Wujud dari sebuah penghambaan
adalah menjalankan segala perintahnya (baik ibadah mahdhah ataupun ghairu
mahdhoh) dan menjauhi segala laranganya.
Sumber:https://islam.nu.or.id/khutbah/khutbah-jumat-enam-adab-berpuasa-menurut-imam-al-ghazali-n4Z6H
Tidak ada komentar:
Posting Komentar