Minggu, 10 April 2022

Teladan Nabi Dalam Mendidik Dan Mencintai Keluarga

Setiap orang membutuhkan seorang teladan dalam kehidupannya. Dalam agama Islam  sosok yang wajib dijadikan teladan adalah Nabi Muhammad SAW karena beliau merupakan sosok manusia paling sempurna dan selalu menjaga kewajibannya sebagai hamba Allah SWT. Nabi Muhammad SAW Bersabda:

             عَنْ عَائِشَةَ رضي الله عنها قَالَتْ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- خَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ لأَهْلِهِ وَأَنَا خَيْرُكُمْ لأَهْلِى. رواه الترمذى,

yang artinya, Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata: “Rasulullah shallallau ‘alaihi wasallam berasabda: “Sebaik-baik kalian adalah (suami) yang paling baik terhadap keluarganya dan aku adalah yang paling baik terhadap keluargaku.” (HR. At Tirmidzi),”

Hadis ini merupakan perkataan Rasulullah yang menegaskan bagaimana perlakuan beliau terhadap keluarga sangatlah besar. Penuh dengan cinta kasih, akhlak terpuji, hingga kebijaksanaan yang menaungi keluarga.   Berikut beberapa keteladanan Nabi sebagai suami dan ayah antara lain:

1.      Tidak gengsi mengerjakan pekerjaan rumah tangga

Seseorang bertanya kepada Sayyidah ‘Aisyah ra: Apakah Nabi Saw juga bekerja di rumah? Sayyidah ‘Aisyah menjawab: Ya! Nabi Saw itu (di rumah) menggosok sandalnya sendiri, menjahit bajunya sendiri, dan mengerjakan sesuatu di rumah sebagaimana kalian bekerja di rumah. (HR. Imam Ahmad)

2.      Bersikap romantis kepada istri

Berdasarkan riwayat yang menceritakan tentang beliau, Nabi Muhammad mengecup mesra istrinya, mandi bersama istrinya, tidur di pangkuan istri, dan  memanggil istri dengan panggilan khusus. Lebih romantisnya lagi, Nabi Muhammad bahkan punya cara tertentu untuk memadamkan amarah istrinya. Ketika Aisyah marah, maka Nabi SAW mencubit hidungnya dan berkata, “Wahai ‘Uwaisy (panggilan kecil Aisyah), katakanlah, ‘Ya Allah, Tuhan Muhammad, ampunilah dosaku, hilangkanlah kemarahan di hatiku dan selamatkanlah aku dari fitnah yang menyesatkan.

3.      Ekspresif mengungkapkan rasa sayang kepada anak-anaknya

Abu Hurairah menuturkan, suatu saat Nabi Muhammad mengunjungi Ibrahim, sedangkan Ibrahim menghampiri beliau dengan tubuh kotor berlumur debu. Rasul tetap memeluk dan menciumi putranya.

4.      Mau mendengarkan anak dan tidak otoriter

Sebagai ayah yang bijak, Nabi Muhammad bukanlah sosok otoriter. Ketika mengambil keputusan yang menyangkut anak, beliau mengajak musyawarah terlebih dahulu. Sebagai contoh, ketika Ali melamar Fathimah, lamaran itu beliau musyawarahkan terlebih dulu dengan putri tercintanya. Di sini juga terlihat bahwa Nabi Muhammad adalah sosok ayah yang memandang anaknya sama, tidak dibeda-bedakan berdasarkan jenis kelamin ataupun sifatnya. 

Keteladanan di atas hanyalah sebagian dari begitu banyak sikap sempurna Nabi Muhammad semasa hidupnya. Dari sini pun terjawab, bahwa kita bisa mencintai, mengagumi, atau meneladani seseorang tanpa mengetahui gambaran fisik atau paras wajahnya.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Golongan Orang Yang Berhak Menerima Zakat

Zakat adalah mengeluarkan sejumlah harta tertentu untuk diberikan kepada orang-orang yang berhak menerimanya dengan syarat-syarat yang telah...