Setiap
orang membutuhkan seorang teladan dalam kehidupannya. Dalam agama Islam sosok yang wajib dijadikan teladan adalah
Nabi Muhammad SAW karena beliau merupakan sosok manusia paling sempurna dan
selalu menjaga kewajibannya sebagai hamba Allah SWT. Nabi Muhammad SAW Bersabda:
عَنْ عَائِشَةَ رضي الله عنها قَالَتْ قَالَ
رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- خَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ لأَهْلِهِ وَأَنَا
خَيْرُكُمْ لأَهْلِى. رواه الترمذى,
yang artinya, Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata: “Rasulullah
shallallau ‘alaihi wasallam berasabda: “Sebaik-baik kalian adalah (suami) yang
paling baik terhadap keluarganya dan aku adalah yang paling baik terhadap
keluargaku.” (HR. At Tirmidzi),”
Hadis ini merupakan perkataan Rasulullah yang
menegaskan bagaimana perlakuan beliau terhadap keluarga sangatlah besar. Penuh
dengan cinta kasih, akhlak terpuji, hingga kebijaksanaan yang menaungi
keluarga. Berikut beberapa keteladanan Nabi sebagai suami dan ayah antara
lain:
1.
Tidak
gengsi mengerjakan pekerjaan rumah
tangga
Seseorang bertanya kepada Sayyidah ‘Aisyah
ra: Apakah Nabi Saw juga bekerja di rumah? Sayyidah ‘Aisyah menjawab: Ya! Nabi
Saw itu (di rumah) menggosok sandalnya sendiri, menjahit bajunya sendiri, dan
mengerjakan sesuatu di rumah sebagaimana kalian bekerja di rumah. (HR. Imam
Ahmad)
2.
Bersikap
romantis kepada istri
Berdasarkan riwayat yang menceritakan tentang
beliau, Nabi Muhammad mengecup mesra istrinya, mandi bersama istrinya, tidur di
pangkuan istri, dan memanggil istri
dengan panggilan khusus. Lebih romantisnya lagi, Nabi Muhammad bahkan
punya cara tertentu untuk memadamkan amarah istrinya. Ketika Aisyah marah, maka
Nabi SAW mencubit hidungnya dan berkata, “Wahai ‘Uwaisy (panggilan kecil
Aisyah), katakanlah, ‘Ya Allah, Tuhan Muhammad, ampunilah dosaku, hilangkanlah
kemarahan di hatiku dan selamatkanlah aku dari fitnah yang menyesatkan.
3.
Ekspresif
mengungkapkan rasa sayang kepada anak-anaknya
Abu Hurairah menuturkan, suatu saat Nabi
Muhammad mengunjungi Ibrahim, sedangkan Ibrahim menghampiri beliau dengan tubuh
kotor berlumur debu. Rasul tetap memeluk dan menciumi putranya.
4.
Mau
mendengarkan anak dan tidak otoriter
Sebagai ayah yang bijak, Nabi Muhammad bukanlah
sosok otoriter. Ketika mengambil keputusan yang menyangkut anak, beliau
mengajak musyawarah terlebih dahulu. Sebagai contoh, ketika Ali melamar Fathimah, lamaran itu beliau
musyawarahkan terlebih dulu dengan putri tercintanya. Di sini juga terlihat
bahwa Nabi Muhammad adalah sosok ayah yang memandang anaknya sama, tidak
dibeda-bedakan berdasarkan jenis kelamin ataupun sifatnya.
Keteladanan di atas hanyalah sebagian dari
begitu banyak sikap sempurna Nabi Muhammad semasa hidupnya. Dari sini pun terjawab,
bahwa kita bisa mencintai, mengagumi, atau meneladani seseorang tanpa
mengetahui gambaran fisik atau paras wajahnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar