Orang yang paling mulia di
sisi Allah adalah yang paling bertakwa dan adapun bentuk ketakwaan itu
diantaranya adalah tawadhu atau sikap rendah hati. Tawadhu berarti menempatkan
kita lebih rendah daripada mereka semua. Hal ini guna mengubur sifat sombong yang
kerap kali bergelora dalam diri kita.
Kita tentu sudah hafal betul
kisah Iblis yang menolak bersujud dalam rangka menghormati Nabi Adam as. Hal itu
dikarenakan Iblis merasa lebih baik dari nabi adam karena ia diciptakan dari
api, sedangkan Nabi Adam as diciptakan dari tanah.
Imam al-Ghazali dalam
kitabnya, Bidayatul Hidayah, menganjurkan kepada kita untuk bersikap tawadhu terhadap
siapa saja, diantaranya :
1.
Terhadap Anak kecil
Tentu
anak kecil belum dihukumi taklif ( belum dibebani kewajiban) sehingga ia tidak
bermaksiat kepada Allah swt, sedangkan kita, bisa dipastikan dalam hari-hari kita
tidak pernah lepas dari bermaksiat kepad
Allah SWT. Dengan begitu, tentu anak kecil itu lebih baik dari diri kita.
2.
Orang yang lebih tua
Orang yang lebih tua dari kita seyogianya dipandang lebih
baik dari kita. Sebab, mereka lebih dahulu dari pada kita dalam beribadah
kepada Allah swt. Karenanya, kita harus meyakini bahwa mereka lebih banyak
ibadahnya kepada Alah SWT. sehingga tentu
mereka lebih baik daripada kita.
3.
Orang bodoh,
Untuk menumbuhkan sikap tawadhu’ kita juga harus meyakini
kebaikan mereka. Sebab, jika pun mereka melakukan maksiat, tentu itu didasari
atas ketidaktahuannya, sedangkan kita yang merasa pintar, kita tetap saja bermaksiat,
meskipun kita tahu bahwa itu salah dan dilarang Allah swt.
4.
Terhadap orang kafir
Kita tidak boleh merasa lebih baik. Kenapa ?, mungkin
saja di suatu saat nanti, Orang kafir itu mengucapkan syahadat dan meninggal
dalam keadaan islam dan iman. Dengan keyakinan demikian, perasaan kita tidak
akan merasa lebih baik dari orang lain, kemudian kita akan berusaha untuk terus
memperbaiki diri, berintrospeksi, mencari kesalahan diri agar tidak lagi
mengulanginya di kemudian hari.
karena begitu luar biasanya sikap
tawadhu Nabi Muhammad SAW sampai menyampaikan bahwa sikap tawadhu merupakan bagian
dari Akhlak para Nabi. Hal ini sesuai dengan hadits Nabi
التَّوَاضُعُ
مِنْ أَخْلَاقِ الْأَنْبِيَاءِ وَالتَّكَبُّرُ مِنْ أَخْلَاقِ الْكُفَّارِ
وَالْفُرَاعِنَةِ
Artinya: "Tawadhu
merupakan bagian dari akhlaknya para Nabi, sedangkan sombong adalah akhlaknya
orang-orang kafir dan para firaun."
Oleh karena itu, dengan kita
bertawadhu, sesungguhnya kita tengah menjalankan salah satu akhlaknya para
Nabi. Dan semoga, kita dapat senantiasa menjalankan sikap demikian ini.
Sumber:
https://jabar.nu.or.id/ubudiyah/pentingnya-terapkan-sikap-tawadhu-dalam-kehidupan-sehari-hari-I720i
Tidak ada komentar:
Posting Komentar