Jumat, 29 April 2022

Empat Caranya Agar Kita Mampu Istiqamah Dalam Ketaatan

 

Istiqomah adalah suatu usaha untuk menjaga perbuatan baiknya, seperti ibadah, secara konsisten dan tidak berubah. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, istiqomah adalah sikap teguh pendirian dan selalu konsekuen. Namun makna istiqamah yang sesungguhnya dan inilah pertanda diterimanya amal shaleh seorang hamba. Imam Ibnu Rajab berkata: “Sesungguhnya Allah jika Dia menerima amal (kebaikan) seorang hamba maka Dia akan memberi taufik kepada hamba-Nya tersebut untuk beramal shaleh setelahnya, sebagaimana ucapan salah seorang dari mereka (ulama salaf): Ganjaran perbuatan baik adalah (taufik dari Allah Ta’ala  untuk melakukan) perbuatan baik setelahnya. Maka barangsiapa yang mengerjakan amal kebaikan, lalu dia mengerjakan amal kebaikan lagi setelahnya, maka itu merupakan pertanda diterimanya amal kebaikannya yang pertama (oleh Allah Ta’ala). Ada empat caranya agar kita mampu istiqamah dalam ketaatan dan kebenaran:

1.       Meng Up date ilmu.

Kita jangan bertahan dalam kesalahan (jumud, takhaluf). Karenanya kita harus banyak membaca, banyak mendengar, dan harus banyak tahu, sehingga segala sesuatu yang kita lakukan selalu diback-up dengan data yang akurat. Semakin tinggi ilmu, maka akan semakin mampu kita berbuat istiqamah.

2.       Membuat jaringan kebenaran (sistem).

Kita tidak bisa benar sendiri, kita membutuhkan banyak teman. Di sinilah arti penting kita bergaul dengan orang-orang yang mampu mendorong kita untuk taat asas. Sebagai contoh, kita akan sulit untuk tidak merokok bila kita berada di lingkungan para perokok. Tapi sebaliknya, kita akan berhenti merokok di lingkungan orang-orang yang tidak suka merokok.

3.       Menerapkan management resiko dalan segala tindakan

Bila kita tahu resiko dan hasil, maka kita akan mampu bertahan dalam keistiqamahan tersebut. Contoh kenapa kita mau berlapar-lapar saat Ramadhan? Karena kita tahu bahwa Allah memberi ampunan dan jaminan surga kepada orang yang shaum di bulan tersebut.

4.       Memegang dan memperjuangkan Prinsip

yaitu mampu mempertahankan prinsip atau komitmen dalam menghadapi resiko. Para sahabat sangat istiqamah dalam berjuang, walaupun sulit dan penuh bahaya, karena mereka tahu apa ujung dari cerita perjuangannya itu.

Selasa, 26 April 2022

Trik Dan Cara Jitu Menumbuhkan Kesadaran Dan Kepedulian Diri

 

Zakat secara bahasa adalah suci atau bersih, sedangkan menurut istilah  adalah mengeluarkan sejumlah harta tertentu untuk diberikan kepada orang-orang yang berhak menerimanya dengan syarat-syarat yang telah ditentukan. Allah befirman dalam Al-Qur’an Surat At Taubah:103

خُذْ مِنْ اَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيْهِمْ بِهَا وَصَلِّ عَلَيْهِمْۗ اِنَّ صَلٰوتَكَ سَكَنٌ لَّهُمْۗ وَاللّٰهُ سَمِيْعٌ عَلِيْمٌ

Artinya: Ambillah zakat dari harta mereka, guna membersihkan dan menyucikan mereka, dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doamu itu (menumbuhkan) ketenteraman jiwa bagi mereka. Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui (Q.S. At Taubah: 103)

Menurut Ibnu Katsir, ayat ini menjelaskan tentang perintah Allah SWT kepada Rasulullah SAW untuk mengambil zakat dari harta mereka guna membersihkan dan menyucikan diri melalui zakat tersebut. Namun yang perlu kita ingat, zakat tidak hanya sebagai pembersih harta, namun zakat mampu menjadi solusi menangani permasalahan sosial seperti kemiskinan yang masih mendera bangsa ini.

Dengan demikian kita harus bisa meningkatkan rasa peduli kita, baik kepada sesama ataupun pada lingkungan. Menumbuhkan rasa saling peduli, berbagi, bergotong-royong itu tidak sulit, kita hanya harus bisa saling memberi, berbagi, menjaga, mengerti, dan saling menyayangi. Dengan demikian hal tersebut dapat menumbuhkan rasa peduli kita. Lalu bagaimana cara kita menumbuhkan kepekaan untuk saling berbagi, peduli, dan empati?

1.   Tumbuhkan sikap positif dalam diri kita. Insya Allah dengan kita selalu berbaik sangka terhadap sesama, akan mempermudah kita semakin mendekat pada rasa kasih sayang dan kepedulian. Tidak hanya itu, kita juga mampu mengurangi sifat egois, kita bisa ikut merasakan penderitaan orang lain sehingga kita bisa mengerti keadaan orang lain.

2.  Membiasakan diri kita untuk peka dan selalu ingin membantu dan mengurangi beban serta penderitaan orang lain, jika kita biasakan sifat dan prilaku ini dalam diri kita, secara tidak langsung kita membuat orang lain membuat orang lain menjadi bahagia, karena kepedulian kita padanya, sehingga timbul hubungan yang semakin harmonis.

Semakin kita dekat dan merasakan kesusahan atau penderitaan yang dialami orang lain, maka kita akan semakin mengerti dan menyadari betapa berartinya hidup kita. Mungkin kita akan merasa lebih beruntung karena tidak sampai mengalami penderitaan yang demikian.

 

Apa Maksut Dan Tujuan Allah Mewajibkan Kita Berzakat

Zakat secara bahasa adalah suci atau bersih, sedangkan menurut istilah  adalah mengeluarkan sejumlah harta tertentu untuk diberikan kepada orang-orang yang berhak menerimanya dengan syarat-syarat yang telah ditentukan. Zakat merupakan rukun islam yang ke tiga, yang wajib dilaksanakan oleh setiap muslim. Dasar kewajiban berzakat terdapat pada Al Quran Surat Al- Baqarah:46

وَاَقِيْمُوا الصَّلٰوةَ وَاٰتُوا الزَّكٰوةَ وَارْكَعُوْا مَعَ الرّٰكِعِيْنَ

 

Artinya: Dan laksanakanlah salat, tunaikanlah zakat, dan rukuklah beserta orang yang rukuk (Q.S. Al-Baqarah: 46)

Dalam Al-Qur’an Surat At Taubah:103

خُذْ مِنْ اَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيْهِمْ بِهَا وَصَلِّ عَلَيْهِمْۗ اِنَّ صَلٰوتَكَ سَكَنٌ لَّهُمْۗ وَاللّٰهُ سَمِيْعٌ عَلِيْمٌ

Artinya: Ambillah zakat dari harta mereka, guna membersihkan dan menyucikan mereka, dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doamu itu (menumbuhkan) ketenteraman jiwa bagi mereka. Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui (Q.S. At Taubah: 103)

Allah mewajibkan hambanya untuk berzakat tentu ada maksut dan tujuanya, adapun maksut dan tujuanya antara lain adalah:

1.   Sebagai pembuktian keimanan kepada Allah dan pemahaman keislaman yang benar

Seorang yang mau menunaikan zakat itu membuktikan bahwa ia memiliki iman yang baik dan pemahaman Islam yang utuh.

2. Untuk menumbuhkan rasa syukur atas nikmat harta

Mensyukuri, nikmat harta yang diamanahkan kepada kita dengan menunaikan zakat, akan menambah keberkahan harta dan juga menambahkan keberkahan jiwa kita. Diantara bentuk keberkahan itu adalah  Allah akan menambah nikmatnya kepada kita.

3.   Untuk menyucikan jiwa dan menambah keberkahan harta

Zakat merupakan cara untuk membersihkan jiwa dan harta kita dan menjadi media efektif untuk membersihkan dosa-dosa dan kesalahan.

4.  Untuk menghilangkan sifat bakhil dalam jiwa

Bakhilan adalah penyakit yang serius. Ia bukan saja menghilangkan keberkahan dan menghalangi dari amal shalih, tapi juga menunjukkan lemahnya keimanan kepada Allah. Bila seseorang terselamatkan darinya dan terlindung dari sifat kikir maka dia akan sukses, sebagaimana Firman Allah

وَمَنْ يُّوْقَ شُحَّ نَفْسِهٖ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ

Artinya: Dan siapa yang dijaga dirinya dari kekikiran, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung. (Al-Hasyr:9)

5.   Untuk memperkuat ukhuwah Islamiah

Dampak zakat yang paling dirasakan adalah Tercaianya ketersediaan kebutuhan dasar kehidupan, berupa makanan, sandang, tempat tinggal, terbayarnya hutang-hutang, membebaskan hamba sahaya. Dengan demikian ukhuwah Islamiah akan semakin kuat.

6.   Untuk menumbuhkan ekonomi syariah

Dengan zakat, roda perekonomian islam dapat kita dorong secara signifikan. Indivdu yang mampu ekonominya akan mendorong kekuatan dan kemajuan mereka yang kurang mampu secara ekonomi. Disinilah makna keberkahan yang bisa kita dapat dari zakat.

Senin, 25 April 2022

Allah Tempat Kita Bergantung Dan Allah Tempat Kita Berserah Diri

 

Islam menuntut seseorang untuk menggantungkan diri sepenuhnya kepada Allah SWT. Dan diataranya adalah menyerahkan segala sesuatu kepada-Nya melalui amalan dan kegiatan yang Allah ridhoi. Permasalahan hidup apapun, dan beban yang ada di dalamnya semua kita hadapi dengan mendekatkan diri kepada Allah. Bukan bergantung kepada manusia ataupun benda lain. Karena segalanya tidak akan bisa bermanfaat apa-apa tanpa campur tangan kuasa-Nya. Allah berfirman,

 (2)  اَللّٰهُ الصَّمَدُ(1) قُلْ هُوَ اللّٰهُ اَحَدٌۚ

“Katakanlah (Muhammad) ‘Dialah Allah, Yang Maha Esa. Allah tempat meminta segala sesuatu’.”(QS. Al Ikhlash:1-2)

Ibnu ‘Abbas menafsirkan ayat kedua surah Al Ikhlas seperti yang diriwayatkan dalam Tafsir Ibnu Katsir, bahwasanya Allah-lah tempat bergantung semua makhluk dalam segala keperluan dan masalah mereka.

Beberapa orang menghadapi masalah dalam hidupnya dengan cara yang tidak dibenarkan agama. Dengan  sepenuhnya kepada makhluk atau pun benda. Yang mana seharusnya seorang muslim mengetahui bahwa hanya Allah lah tempat bersandar dan meminta.

Dengan hati yang bergantung pada Dzat yang Maha Kaya, seorang hamba juga hendaknya senantiasa berdoa kepada Allah. Memohon agar diringankan bebannya, dan dikabulkan keinginannya. Karena doa adalah senjatanya orang-orang beriman. Tentu dibarengi dengan usaha yang dilakukannya dalam mengatasi masalah.

Di dalam hadits, Rasulullah berpesan agar yang kita dahulukan dalam mengharap pertolongan adalah dengan meminta kepada Allah.

“jika kamu meminta, maka mintalah kepada Allah. Dan jika kamu memohon pertolongan, mohonlah kepada Allah.” (HR. Ahmad)

Banyak hal yang bisa seseorang lakukan, akan tetapi hasil yang akan didapatkannya semua diserahkan kepada Allah. Jangan sampai seseorang merasa bisa melakukan banyak hal tanpa bantuan Allah.

Allah mengajarkan banyak hal yang bisa dilakukan oleh seseorang untuk menghadapi kepahitan hidup. Yang belum adalah kesungguhannya untuk benar-benar berlepas dari segala makhluk dan benda apapun untuk dijadikan tumpuan, bahwasanya Allah-lah tempat kembalinya segala sesuatu.

 

Jumat, 22 April 2022

IMPLEMENTASI RASA SYUKUR KEPADA ALAH MENURUT IMAM AL GHAZALI


1.     Bersyukur dengan hati

Bersyukur dengan hati dilakukan dengan menyadari sepenuhnya bahwa segala nikmat dan rezeki yang didapatkan semata-mata merupakan karunia dan kemurahan Allah.

وَمَا بِكُمْ مِّنْ نِّعْمَةٍ فَمِنَ اللّٰهِ ....

"Segala nikmat yang ada pada kamu (berasal) dari Allah." (QS An-Nahl [16]:53).

Bersyukur dengan hati bisa membawa kita pada sikap menerima atas karunia Allah, dengan penuh keikhlasan betapa pun kecilnya nikmat tersebut.

2.     Bersyukur dengan lisan

Bersyukur dengan lisan dapat dilakukan dngan mengucapkn kalimat syukur atau Alhamduliah setiap kita menerima nikmat, sekecil apapun nikmat itu.

3.     Bersyukur dengan tindakan

Bersyukur dengan tindakan bermakna bahwa semua nikmat yang kita peroleh harus dimanfaatkan di jalan yang diridhaiNya.  Misalnya, orang kaya hendaklah membagi hartanya untuk zakat sedekah dan lain sebagainya.

 

Manfaat yang kita dapat jika rajin bersyukur adalah

1.     Menyebabkan Datangnya Ridha Allah

Allah berfirman,

وَاِنْ تَشْكُرُوْا يَرْضَهُ لَكُمْ.....

....dan jika kalian bersyukur Allah ridha kepada kalian” (Q.S. Az-Zumar [39]: 7).

 

2.     Menyebabkan Selamatnya Dari Azab Allah

Allah berfirman

 

مَا يَفْعَلُ اللّٰهُ بِعَذَابِكُمْ اِنْ شَكَرْتُمْ وَاٰمَنْتُمْۗ وَكَانَ اللّٰهُ شَاكِرًا عَلِيْمًا

 

Artinya : Allah tidak akan mengadzab, jika kamu bersyukur dan beriman. Dan Allah Maha Mensyukuri, Maha Mengetahui. (QS. An-Nisa [4]: 147).

 

3.     Menyebabkan Ditambahnya Nikmat

Allah berfirman

وَاِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ وَلَىِٕنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ

 

Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat.” (Q.S. Ibrahim [14]: 7).

Rabu, 20 April 2022

Keutamaan Menjaga Kerukunan Dalam Bertetangga Dan Bermasyarakat

 

Dalam sebuah hadis Nabi Muhammad SAW bersabda:

وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ جَارَهُ

Artinya “ Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaknya ia memuliakan tetangganya.” (HR Bukhari dan Muslim).

Dalam Riwayat lain juga menyebutkan Nabi Muhammad SAW sering mendapat nasihat tentang tetangga dari malaikat Jibril.

Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

مَا زَالَ جِبْرِيْلُ يُوْصِيْنِيْ بِالْـجَارِ حَتَّى ظَنَنْتُ أَنَّهُ سَيُوَرِّثُهُ

Rasulullah Saw bersabda: “ Jibril senantiasa menasehatiku tentang tetangga, hingga aku mengira bahwa tetangga itu akan mendapat bagian harta waris,” (HR. Bukhari dan Muslim).

Dapat dilihat dari kedua hadis tersebut hidup rukun dengan tetangga sangatlah penting. Hal ini menjadi pelajaran berharga bagi kita, terkadang karena kesibukan kita di sosial media hingga kita melupakan tetangga yang ada di kanan dan kiri kita.

Anjuran hidup rukun dengan tetangga ini bukan tanpa alasan, sebab manfaat hidup rukun dengan tetangga sangatlah banyak, diantaranya:

1.     Kemudahan Saling Tolong Menolong

Ketika kita membangun hidup yang rukun dengan tetangga, mereka tak segan memberikan pertolongan saat kita berada dalam masalah. Begitu pula sebaliknya.

2.     Hidup Menjadi Sakinah

Jika kita sudah mengenalnya dengan baik, maka kehidupan kita dengan tetangga menjadi lebih tenang tanpa dihantui perasaan berburuk sangka.

3.     Sistem Keamanan Lingkungan Menjadi Terjamin

Hidup di sebuah lingkungan, kepedulian terhadap tetangga akan membuat lingkungan kita menjadi lebih aman. Hal itu karena adanya sosok tetangga yang peduli terhadap lingkungan sekitar karena mereka merasa saling mengenal dan saling mengasihi.

4.     Kedepankan Toleransi dan Hargai Perbedaan Perbedaan

sudah sangat lekat dengan kehidupan bermasyarakat, mulai dari perbedaan keyakinan, pendapat, latar belakang agama dan suku. Dalam agama Islam ini sudah merupakan bagian dari sunnatullah yang lekat dan menjadi takdir.

5.     Meningkatkan Rasa Kepemilikan dan Gotong Royong

Apabila sudah terjalin hubungan yang baik antar tetangga, maka lingkungan akan lebih harmonis dengan kegiatan gotong royong. semisal saat ada hajat pernikahan dan lain sebagainya, tetanggalah yang menjadi orang pertama memberi bantuan.

Di sisi lain berbuat baik menjadi salah satu sikap yang seharusnya diberikan kepada tetangga kita. Salah satunya bersedekah kepada tetangga yang membutuhkan.

Rasulullah Saw. bersabda:

لَيْسَ الْمُؤْمِنُ الَّذِيْ يَشْبَعُ وَجَارُهُ جَائْعٌ إِلٰى جَنْبِهِ

Artinya“ Tidaklah mukmin, orang yang kenyang perutnya sedang tetangga sebelahnya kelaparan.” (HR. Baihaqi).

Senin, 18 April 2022

Muhasabah Untuk Memperbaiki Diri

Umar bin al-Khaththab radhiyalLâhu ‘anhu pernah mengatakan: 

حَاسِبُوْا أَنْفُسَكُمْ قَبْلَ أَنْ تُحَاسَبُوْا وَانْظُرُوْا مَاذَا اِدَّخَرْتُم لِأَنْفُسِكُمْ مِنَ الْأَعْمَالِ الصَّالِحَةِ لِيَوْمِ مَعَادِكُمْ وَعَرْضِكُمْ عَلَى رَبِّكُمْ 

Artinya: “Hisablah diri kamu semua sebelum dihisab. Dan lihatlah apa yang telah kamu persiapkan untuk diri kamu dari amal-amal saleh. Untuk hari kembalinya kita semua di hadapan Allah, dan untuk menghadap Allah Swt.” 

Perkataan diatas menyuruh kita untuk merenungkan perbuatan-perbuatan masa lampau. Perbuatan-perbuatan dari suatu kaum di masa lampau, sebagai cerminan untuk perbaikan kedepan. 

Muhasabah dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu: 

1.        Muhasabah sebelum amal 

Muhasabah sebelum amal dilakukan dengan introspeksi diri dengan: 

a.   Menyelidiki terlebih dahulu apakah ia mampu untuk melaksanakan sesuatu itu atau tidak. 

b.   Melihat apakah amalan tersebut membawa manfaat dunia-akhirat atau tidak. 

c.    Memeriksa niat; apakah amalan ini akan dilakukan ikhlas karena Allah subhanahu wata’ala atau dilakukan demi manusia.

2.        Muhasabah setelah amal 

muhasabah setelah amal terbagi dalam tiga: 

a.  Muhasabah terhadap amalan yang tertinggal dan amalan yang belum sempurna. Muhasabah ini dilakukan dengan memeriksa setiap amalan yang telah dilakukan dari sisi niatnya; sudah ikhlas lillahi ta’ala atau belum. Kemudian dari segi caranya; sudah sesuai dengan petunjuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam atau belum. Sedangkan dari segi pelaksanaannya; apakah ada amalan yang belum terlaksana atau lupa untuk dilaksanakan pada hari tersebut. 

b. Muhasabah terhadap amalan yang lebih baik ditinggalkan dari pada dilaksanakan. Contohnya adalah memeriksa apakah ada amalan yang seharusnya tidak dilakukan, tapi justru malah dilakukan, termasuk muhasabah diri terhadap perbuatan syubhat. 

c.  Muhasabah diri terhadap amalan-amalan mubah. Memeriksa kembali tujuan melakukan amalan mubah tersebut. Untuk apa, demi apa, manfaatnya apa, sisi negatifnya apa. Dengan muhasabah diri, kita akan menemukan perbuatan-perbuatan yang berakibat buruk di dunia dan akhirat, Sehingga dapat segera menyadari kesalahan dan kemudian segera bertaubat. 

Manfaat muhasabah: 

1.    Mengetahui, sadar, dan paham kekurangan dan aib sendiri, sehingga dapat memperbaiki 

2.    Mengetahui taraf keimanan diri sendiri, sehingga semakin paham hak dan kewajiban yang harus dilakukan sebagai seorang hamba Allah. 

3.    Merasa ingin selalu memperbaiki diri, jauh dari sifat sombong. 

4.    Meringankan Hisab, karena tindakan yang dilakukan penuh perhitungan, mana yang dosa mana yang tidak. 

5.    Akan lebih berhati-hati dari perbuatan dosa. 

 

Memaknai Peristiwa Nuzulul Quran

Nuzulul Qur’an adalah malam diturunkannya wahyu pertama kepada Nabi Muhammad SAW dengan perantara Malaikat Jibril. Ayat pertama Alquran yang turun adalah surat Al-Alaq 1-5 saat Nabi sedang menyepi di gua Hira. Peristiwa Nuzulul Qur’an menjadi salah satu hari teristimewa karena terjadi perubahan sejarah. Perubahan sejarah manusia, dari kehidupan yang gelap menjadi kehidupan yang bercahaya. Dari kehidupan yang penuh dengan kemaksiatan, kedzaliman, kerusakan, menjadi kehidupan yang damai, sejahtera, rohmatan lil ‘alamin.

Dalam peringatan nuzulul qur’an ini, lantas apa yang harus kita lakukan? Tentu kita sebagai umat islam, kita harus bisa mengambil hikmah dari peristiwa ini, salah satunya adalah dengan mengamalkan al quran dalam kehidupan kita sehari-hari. Namun demikian dalam mengamalkan  Al-Qur'an Tidak ada toleransi perihal kesalahan belajar Al-Qur’an. Siapapun salah atau menyimpang maka konsekuensinya adalah berdosa.  Berbeda dengan bahasa Inggris, meskipun tensisnya salah maka seseorang yang belajar tidak apa-apa atau tidak berdosa. Oleh karena itu, dalam belajar Al-Qur’an diharuskan lewat guru yang bersanad sampai Rasulullah karena beberapa alasan , diantaranya;

1.    Didalam ilmu Al-Qur’an terdapat ilmu tajwid untuk memaksimalkan bacaan Al-Qur’an. 

2.    Model bacaan Al-Qur’an yang disepakati ulama adalah hasil ijma’ ulama ahli tajwid. 

3. Membaca Al-Qur’an sesuai bacaan guru yang ahli Al-Qur’an  dengan tujuan memaksimalkan tajwid Al-Qur’an yang telah disepakati dari ulama salafus shalih hingga ulama di masa sekarang.

Konsep belajar Al-Qur’an seperti demikianlah yang diajarkan oleh Rasulullah. Hal tersebut termaktub dalam QS. Al-Qiyamah ayat 16;

ﻟَﺎ ﺗُﺤَﺮِّﻙْ ﺑِﻪِ ﻟِﺴَﺎﻧَﻚَ ﻟِﺘَﻌْﺠَﻞَ ﺑِﻪِ

Artinya: Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al-Qur'an karena hendak cepat-cepat (menguasai)nya. (QS. Al-Qiyamah ayat 16)

Dari ayat ini tersirat sebuah pesan, bahwa seorang murid dalam menerima ilmu bacaan harus langsung dari lisan guru. Dan pada saat belajar membaca Al-Qur’an juga jangan mengedepankan rasa malu dan gengsi di mata guru, Jika salah sadari kesalahan tersebut, dan guru akan membenarkan. Selain itu dalam belajar membaca Al-Qur’an jangan mengedepankan intensitas namun kualitaslah yang perlu di kedepankan. Hal ini sesuai dengan firman Allah pada Al-Quran Surat Al- Muzzammil ayat 4 yaitu:

وَرَتِّلِ الۡقُرۡاٰنَ تَرۡتِيۡلًا

Artinya: dan bacalah Al-Qur'an itu dengan (tartil) perlahan-lahan ( Al-Qur'an Surat Al- Muzzammil : 4 )

Maksud dari ayat diatas adalah dalam membaca Al-Qur'an harus dengan pelan-pelan, bacaan yang fasih, dan merasakan arti dan maksud dari ayat-ayat yang dibaca, sehingga akan memberikan kesan di hati.

 


Minggu, 17 April 2022

KEHARUSAN BELAJAR AL-QUR'ÁN PADA GURU YANG BERSANAD

 

Al-Qur'an merupakan kitab suci umat Islam yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Selain sebagai pedoman bagi umat Islam dalam menjalankan kehidupan, membaca Al-Qur'an juga membawa pahala bagi orang yang mengamalkannya. Namun demikian dalam membaca Al-Qur'an Tidak ada toleransi perihal kesalahan belajar Al-Qur’an. Siapapun salah atau menyimpang maka konsekuensinya adalah berdosa.  Berbeda dengan bahasa Inggris, meskipun tensisnya salah maka seseorang yang belajar tidak apa-apa atau tidak berdosa. Oleh karena itu, dalam belajar Al-Qur’an diharuskan lewat guru yang bersanad sampai Rasulullah karena beberapa alasan , diantaranya;

1.    Didalam ilmu Al-Qur’an terdapat ilmu tajwid untuk memaksimalkan bacaan Al-Qur’an. 

2.    Model bacaan Al-Qur’an yang disepakati ulama adalah hasil ijma’ ulama ahli tajwid. 

3. Membaca Al-Qur’an sesuai bacaan guru yang ahli Al-Qur’an  dengan tujuan memaksimalkan tajwid Al-Qur’an yang telah disepakati dari ulama salafus shalih hingga ulama di masa sekarang.

Konsep belajar Al-Qur’an seperti demikianlah yang diajarkan oleh Rasulullah. Hal tersebut termaktub dalam QS. Al-Qiyamah ayat 16;

ﻟَﺎ ﺗُﺤَﺮِّﻙْ ﺑِﻪِ ﻟِﺴَﺎﻧَﻚَ ﻟِﺘَﻌْﺠَﻞَ ﺑِﻪِ

Artinya: Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al-Qur'an karena hendak cepat-cepat (menguasai)nya. (QS. Al-Qiyamah ayat 16)

Dari ayat ini tersirat sebuah pesan, bahwa seorang murid dalam menerima ilmu bacaan harus langsung dari lisan guru. Dan pada saat belajar membaca Al-Qur’an juga jangan mengedepankan rasa malu dan gengsi di mata guru, Jika salah sadari kesalahan tersebut, dan guru akan membenarkan. Selain itu dalam belajar membaca Al-Qur’an jangan mengedepankan intensitas namun kualitaslah yang perlu di kedepankan. Hal ini sesuai dengan firman Allah pada Al-Quran Surat Al- Muzzammil ayat 4 yaitu:

وَرَتِّلِ الۡقُرۡاٰنَ تَرۡتِيۡلًا

Artinya: dan bacalah Al-Qur'an itu dengan (tartil) perlahan-lahan ( Al-Qur'an Surat Al- Muzzammil : 4 )

Maksud dari ayat diatas adalah dalam membaca Al-Qur'an harus dengan pelan-pelan, bacaan yang fasih, dan merasakan arti dan maksud dari ayat-ayat yang dibaca, sehingga akan memberikan kesan di hati.

Jumat, 15 April 2022

Allah Sang Maha Pemberi Rizki Kepada Semua Makhluknya Tanpa Terkecuali

Ar Rozzaq bermakna Yang Memberi semua kebutuhan hidup dari seluruh makhluk-Nya. Yang Memberikan rizki dan pemegang komando tertinggi dalam pembagian rizki terhadap masing-masing manusia dan makhluk lainnya.

Rizki yang diberikan oleh Allah tak terbatas Harta, tahta, kesehatan, kepandaian, pengetahuan, namun masih banyak lagi. Dalam pemberian Rizki ini  Allah tidak pernah membedakan siapa yang akan menerima rizki dari-Nya entah itu muslim yang beriman atau mereka yang ingkar. Rizki dibedakan menjadi dua macam, yaitu:

1.    Rizki umum

Rizki umum adalah Rizki yang diberikan oleh Allah untuk kebutuhan dan menjaga kelangsungan hidup seluruh makhluknya. Rizki umum ini mencakup semuanya, dari  orang yang baik maupun yang jahat, muslim maupun kafir, bahkan juga meliputi manusia, jin, dan hewan. Allah  berfirman:

وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الأرْضِ إِلا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا كُلٌّ فِي كِتَابٍ مُبِينٍ

Artinya: Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rizkinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata” (Hud: 6)

Rizki umum ini mungkin berupa sesuatu yang halal Akan tetapi, mungkin pula berupa sesuatu yang haram namun tetap disebut sebagai rizki karena disalurkannya kepada anggota badan dan dijadikannya badan tersebut untuk mengambil manfaat darinya, sehingga hal ini tetap bisa disebut rizki dari Allah.

2.    Rizki khusus

Rizki Khusus adalah rizki yang mutlak (yang sempurna), atau rizki yang bermanfaat di dunia maupun di akhirat. Rizki ini dibagi menjadi dua.

Ø  Rizki bagi Qollbu,

Rizki Qolbu dapat berupa ilmu dan iman dan Kaitan antara  ilmu dan Iman. Ilmu Tanpa Iman Buta, Iman Tanpa Ilmu Lumpuh. Melalui,Ilmu manusia dapat memahami keberadaan diri dan lingkungannya. Sedangkan dengan Iman menyadarkan manusia akan hubungan keragaman realitas tersebut, untuk memperoleh kesadaran akan kehadiran Tuhan.

 

Ø  Rizki bagi badan

Rizki bagi badan berupa rizki halal yang tidak mengandung dosa. Allah mencukupi hamba-Nya dengan rizki yang halal sehingga tidak membutuhkan yang haram.

Bila Allah memberikan rizki kepada seorang hamba berupa ilmu yang bermanfaat, iman yang benar, rizki yang halal, serta sifat qana’ah (merasa cukup) dengan apa yang Allah rizkikan,berarti segala urusannya telah sempurna dan keadaannya telah lurus, baik sisi agama maupun jasmaninya.

 

Golongan Orang Yang Berhak Menerima Zakat

Zakat adalah mengeluarkan sejumlah harta tertentu untuk diberikan kepada orang-orang yang berhak menerimanya dengan syarat-syarat yang telah...