Kamis, 30 Maret 2023

PENTINGNYA MENATA NIAT SEBELUM MENUNTU ILMU

Sudah maklum bahwa hukum mencari ilmu adalah wajib bagi semua umat Islam baik laki-laki maupun perempuan. Ilmu menjadi dasar orang bisa dekat kepada Allah subhanahu wa ta’ala, dan orang yang memiliki ilmu akan diangkat derajatnya oleh Allah. Allah berfirman dalam Qur’an Surah Al Mujadalah ayat 11 yang berbunyi

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِذَا قِيْلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوْا فِى الْمَجٰلِسِ فَافْسَحُوْا يَفْسَحِ اللّٰهُ لَكُمْۚ وَاِذَا قِيْلَ انْشُزُوْا فَانْشُزُوْا يَرْفَعِ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مِنْكُمْۙ وَالَّذِيْنَ اُوْتُوا الْعِلْمَ دَرَجٰتٍۗ وَاللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ

Atrinya: Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu, “Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis,” maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, “Berdirilah kamu,” maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Mahateliti apa yang kamu kerjakan (Q.S. Al Mujadalah :11)

Dalam surah ini menunjukkan betapa tinggi derajat dan kedudukan orang-orang yang memiliki ilmu pengetahuan sebab orang-orang yang diangkat derajat-Nya disisi Allah swt adalah orang yang beriman, bertaqwa dan beramal saleh serta berilmu. Iman dan ilmu yang seseorang dapatkan akan memunculkan sikap takwa dan takut kepada Allah Swt. Orang yang berilmu juga lebih mulia dari ahli ibadah, dan akan dimuliakan derajatnya oleh Allah Swt.

Namun perlu di ingat Sayyidina Ali,memberikan peringatan kepada  orang yang mencari ilmu hendaknya tidak mempunyai niat untuk membanggakan dirinya sendiri, supaya bisa berdebat dengan orang bodoh, pamer kepada sesama manusia, untuk mendapatkan kedudukan, untuk mendapatkan gelar akademik semata, untuk menaikkan strata sosial di tengah-tengah masyarakat, hal demikian itu tidak diperkenankan. Baginda Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam mengingatkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah sebagai berikut:

مَنْ تَعَلَّمَ عِلْمًا مِمَّا يُبْتَغَى بِهِ وَجْهُ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ لَا يَتَعَلَّمُهُ إِلَّا لِيُصِيبَ بِهِ عَرَضًا مِنَ الدُّنْيَا، لَمْ يَجِدْ عَرْفَ الْجَنَّةِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

Artinya: “Barangsiapa belajar ilmu dengan tujuan seharusnya untuk mencari ridha Allah azza wa jalla semata, namun ia tidak mempelajarinya kecuali hanya bisa mendapatkan materi duniawi, ia tidak akan pernah bisa mencium baunya surga pada hari kiamat.” (Sunan Abi Dawud: 3664)

Dua keterangan di atas memberikan pelajaran kepada kita bahwa orang mencari ilmu harus bersih niatnya sejak awal. Jangan sampai diniatkan semata untuk mendapatkan gelar, supaya dapat istri cantik, bekerja di perusahaan bonafit, dan lain sebagainya. 

 

Sumber:

https://lampung.nu.or.id/syiar/tiga-keutamaan-dalam-mencari-ilmu-0whs

Whttp://berita.upi.edu/meraih-kemuliaan-dengan-iman-dan-ilmu-q-s-al-mujadalah-ayat-11-bersama-prof-sofyan-sauri/

Sumber: https://islam.nu.or.id/tasawuf-akhlak/mencari-ilmu-supaya-dapat-gelar-dan-jabatan-zPOZJ


MENYIKAPI SEBUAH PERBEDAAN DEMI TERCIPTANYA ISLAM YANG RAHMATALLIL ALAMIN

Allah SWT Maha sempurna, menciptakan segala makhluk-Nya yang berbeda-beda, dari yang kulitnya putih sampai yang hitam, dari yang berbahasa halus sampai yang kasar,  hal itu merupakan kehendak Tuhan yang pasti terjadi dan manusia tidak mungkin dapat menghindarinya. Hal ini tertuang dalam firman Allah swt,

 

يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ إِنَّا خَلَقۡنَٰكُم مِّن ذَكَر وَأُنثَىٰ وَجَعَلۡنَٰكُمۡ شُعُوبا وَقَبَآئِلَ لِتَعَارَفُوٓاْۚ إِنَّ أَكۡرَمَكُمۡ عِندَ ٱللَّهِ أَتۡقَىٰكُمۡۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمٌ خَبِير 

Artinya,“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (Q.S. al-Hujurat: 13)

Ayat diatas menjelaskan bahwa manusia diciptakan memiliki keragaman. Salah satu contoh keragaman tersebut adalah perbedaan jenis kelamin, perbedaan suku dan bangsa. Bahkan di dalam ayat lain Allah kembali menerangkan perbedaan atau keragaman dalam bahasa dan warna kulit, Allah berfirman dalam Surat Ar-Rum ayat 22 yang berbunyi:

وَمِنْ آيَاتِهِ خَلْقُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافُ أَلْسِنَتِكُمْ وَأَلْوَانِكُمْ ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِّلْعَالِمِينَ

Artinya:”Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikan itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui.” (Q.S. Ar Rum: 22)

Maka dua ayat diatas adalah dua petunjuk yang membuktikan bahwa perbedaan sudah menjadi sunatullah sejak awal penciptaan langit dan bumi. Termasuk juga perbedaan dalam hal berpendapat atau beropini, status sosial, perbedaan penentuan hukum dan lain-lain.“Jadi jangan pernah berpikir untuk menghilangkan perbedaan, karena itu sunnatullah, sesuatu yang tidak bisa ditolak. Namun bagaimana kita menyikapi dengan perbedaan itu.

1. Dalam menyikapi perbedaan manusia diperintahkan agar saling memahami dan saling mengenal satu sama lain, lalu memahami perbedaan dengan baik. Selain itu tidak lupa untuk saling belajar dan mempelajari. Karena sejatinya perbedaan adalah agar manusia semakin belajar dan meluaskan ilmu. Inilah salah satu alasan mengapa perbedaan sering disebut rahmat

2. Harus mengutamakan persatuan dan mengingat nikmatnya yang pernah menyatukan manusia ketika masa perselisihan dan peperangan yang membuat manusia akhirnya bersaudara, saling mencintai, hidup rukun dan damai dengan datangnya Islam.

Inilah ajaran Islam yang sama sekali tidak memberi celah untuk bertengkar, saling menyalahkan dan saling mendiskriminasi hanya karena sebuah keragaman. Mari pahami perbedaan demi terwujudnya Islam yang Rahmatallill ‘alamin dan berbudaya wasatiyah

 

Sumber:

https://www.nu.or.id/daerah/perbedaan-adalah-sunnatullah-harus-jadi-sarana-kerukunan-sr5Iv

https://layanan.hukum.uns.ac.id/data/RENSI%20file/Data%20Backup/Done%20To%20BackUp/Sikap%20Orang%20Mukmin%20dalam%20Menghadapi%20Perbedaan%20Pendapat.docx

https://cariustadz.id/artikel/detail/menyikapi-perbedaan-dalam-ajaran-islam


Rabu, 29 Maret 2023

TIPS MENGGAPAI KEBERKAHAN DALAM HAL RIZKI

 Setiap orang pasti menginginkan kehidupan yang berkah/ Barokah. Berkah/Barokah itu ziyadatul Khair (bertambahnya kebaikan), artinya sesuatu yang kita lakukan dan yakini menghasilkan kebaikan maka termasuk berkah/ barokah. Disini kami akan mengkhususkan keberkahan dari rizki. Adapun tips untuk mendapatkanya yang pertama dengan memperbanyak memohon ampunan kepada allah SWT. Allah SWT berfirman.

فَقُلْتُ ٱسْتَغْفِرُوا۟ رَبَّكُمْ إِنَّهُۥ كَانَ غَفَّارًا

يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا
وَيُمْدِدْكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَلْ لَكُمْ جَنَّاتٍ وَيَجْعَلْ لَكُمْ أَنْهَارًا



Artinya: maka aku berkata (kepada mereka), "Mohonlah ampunan kepada Tuhanmu, Sungguh, Dia Maha Pengampun, niscaya Dia akan menurunkan hujan yang lebat dari langit kepadamu, dan Dia memperbanyak harta dan anak-anakmu, dan mengadakan kebun-kebun untukmu dan mengadakan sungai-sungai untukmu."


Berdasarkan ayat diatas permohonan ampun seseorang kepada Allah SWT, bukan hanya mendapatkan ampunan dari Allah Namun lebih dari itu Allah juga akan mempermudah jalan rezeki kita.

   

kedua adalah bertakwa, yakni melaksanakan segala perintah Allah dan menjauhi segala larangannya. Allah SWT berfirman dalam Al Quran Surah Ath- Thalaq:3 

وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا. وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ

 

Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, Allah akan mudahkan segala urusannya, dan Allah akan berikan rezeki, rezeki yang tidak disangka-sangka,”   

Ketiga, adalah tawakal, artinya berusaha semaksimal mungkin dalam mencari rezeki. Kemudian hasilnya diserahkan kepada Allah. Hal ini sesuai dengan firman Allah, surah Ath- Thalaq:3

وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ

barangsiapa yang bertawakal kepada Allah, maka Allah akan mencukupi kebutuhannya.

Keempat, bersyukur. Hal ini sesuai dengan firman Allah, dalam surah Ibrahim :7

لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ

barangsiapa yang bersyukur kepada nikmat yang diberikan, maka Allah akan menambahkannya. Sebaliknya, kalau kufur nikmat, akan mendapatkan azab Allah, tak hanya di akhirat, tapi juga di dunia.   

Kelima, bersedekah. rumus dalam bersedekah bukan untuk mengurangi rezeki, tapi justru semakin membuka pintu rezeki dari mana saja tanpa berpeluh keringat. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW:

مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ

“Sedekah tidaklah mengurangi harta.(HR.Muslim)

Yahya bin Syarf An Nawawi rahimahullah menjelaskan:

1.   Ketika kita bersedekah maka Harta kita akan diberkahi dan akan dihilangkan berbagai dampak bahaya.

2.   Kekurangan harta tersebut akan ditutup dengan keberkahannya. Ini bisa dirasakan secara inderawi dan kebiasaan. Walaupun secara bentuk harta tersebut berkurang, namun kekurangan tadi akan ditutup dengan pahala di sisi Allah dan akan terus ditambah dengan kelipatan yang amat banyak semisal nikmat sehat karena melihat saudara kita bahagia lantaran sedekah dari kita

 

 

Sumber https://rumaysho.com/828-sedekah-tidaklah-mengurangi-harta.html

Sumber: https://www.nu.or.id/nasional/lima-tips-dapatkan-rezeki-berkah-dunia-akhirat-LYMyh

Minggu, 26 Maret 2023

DOA DAN MEMOHONKAN AMPUN ADALAH HADIAH PALING TEPAT BUAT ORANG YANG TELAH MENINGGAL DUNIA

كُلُّ نَفْسٍ ذَاۤىِٕقَةُ الْمَوْتِۗ

Artinya : “Setiap yang bernyawa akan merasakan mati” ( Surat Ali Imron 185)

Dalam kata lain semua makhluk yg bernyawa pasti akan mati, entah itu laki-laki atau perempuan, tua ataupun muda, miskin ataupun kaya, perawan ataupun janda, lajang ataupun duda tidak ada satu pun yang bisa menghindar dari kematian.

ketika seseorang telah mati  atau meninggal dunia, maka dia tidak bisa lagi menambah perolehan pahala yang ia usahakan sendiri, kenapa ? karena ia sudah mati atau meninggal dunia. Namun bagi orang yang memiliki tabungan berupa shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak saleh yang berdoa baginya maka dia masih akan dapat merasakan kucuran pahalanya. Sebagaimana Hadits Nabi SAW :

إِذَا مَاتَ ابْنُ آدَمَ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلا مِنْ ثَلاثٍ : صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ ، أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ ، أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ

“Ketika seseorang telah meninggal dunia, maka terputuslah amalnya kecuali tiga (perkara) : shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak saleh yang berdoa baginya.”

Namun bagi orang yang tidak memiliki tabungan amal jariyah ataupun ilmu yg bermanfaat maka tidak ada acara lain kecuali mengharap kiriman doa dari orang yang masih hidup.

Lantas pertanyaanya adalah:  Hal apa yang dapat kita berikan kepada orang-orang yang telah mendahului kita? Tentu jawabanya bukanlah uang ataupun makanan, namun doa dan permohonan ampunan yang paling layak untuk kita hadiahkan kepada orang-orang yang telah meninggal dunia. Syekh Nawawi Al Bantani, dalam kitabnya Nihayatuz Zain, halaman 281 menjelaskan :

هَدَايَا الْأَحْيَاءِ لِلْأَمْوَاتِ الدُّعَاءُ وَالْإِسْتِغْفَارُ

 

Artinya, “Hadiah orang-orang yang masih hidup kepada orang-orang yang telah meninggal dunia adalah doa dan memintakan ampunan kepada Allah  kepada mereka,”

Rasulullah SAW memberikan gambaran bahwa orang yang sudah meninggal dunia berada dalam keadaan seperti sedang tenggelam dan mengharap pertolongan. hal ini dijelaskan dalam hadits yang berbunyi:

مَا الْمَيِّتُ فِي قَبْرِهِ إِلَّا كَالْغَرِيْقِ الْمُغَوَّثِ يَنْتَظِرُ دَعْوَةً تَلْحُقُهُ مِن ابْنِهِ أَوْ أَخِيهِ أَوْ صَدِيقٍ لَهُ فَإِذَا لَحِقَتْهُ كَانَتْ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيهَ

Tidak ada mayit yang berada dalam kuburnya kecuali ia seperti orang tenggelam yang meminta pertolongan ia menunggu setetes doa yang yang dikirimkan anaknya, saudara, atau temannya. Karenanya ketika ia mendapatkan doa, maka hal itu lebih ia sukai dibanding dunia dengan seluruh isinya,

Dari sinilah kemudian dapat kita pahami betapa orang yang telah meninggal dunia itu sebenarnya mengharapkan kiriman atau hadiah doa dari orang yang masih hidup. Muhyiddin Syarf An-Nawawi menyatakan kesepakatan bahwa doa dari orang yang masih hidup kepada yang telah meningal dunia itu bermanfaat dan pahalanya akan sampai kepadanya. Sebagaimana firman Allah SWT:

 وَالَّذِينَ جَاءُوا مِنْ بَعْدِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ

Artinya, “Orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshar), mereka berdoa, ‘Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan suadara-saudara kami yang telah beriman terlebih dulu dari kami,” (QS Al-Hasyr ayat 10).

Oleh sebab itu, marilah kita manfaatkan bulan suci ramadhan ini untuk beramal soleh dengan berkirim doa kepada keluarga-keluarga kita yang telah mendahului kita menghadap Allah SWT

 

Sumber:

https://islam.nu.or.id/bahtsul-masail/hadiah-orang-hidup-kepada-orang-mati-8UWyU

https://islam.nu.or.id/khutbah/amal-amal-yang-tak-pernah-putus-pahalanya-nPQ3m

https://jabar.nu.or.id/hikmah/pentingnya-mengingat-mati-KuMgh

PUASA ADALAH IBADAH MULTIDIMENSI

Bulan suci Ramadan adalah bulan yang multidimensi. Hal ini dikarenakan tidak hanya mencakup dimensi spiritual namun juga mencakup dimensi social dan moral yang tentu cakupanya sangatlah luas.

“Secara spiritual berpuasa merupakan wujud penghambaan diri terhadap perintah suci Allah SWT. Sedang secara social dan moral, berpuasa memiliki makna dengan spektrum yang lebih luas menyangkut kehidupan bermasyarakat.

Dalam sebuah risalah berjudul al-Adab fid Din dalam Majmu'ah Rasail al-Imam al-Ghazali (Kairo, Al-Maktabah At-Taufiqiyyah, t.th., halaman 439), menyampaikan sebagai berikut:

    آدَابُ الصِّيَامِ: طَيِّبُ اْلغِذاَءِ، وَتَرْكُ اْلمِرَاءِ، وَمُجَانَبَةُ اْلغِيْبَةِ، وَرَفْضُ اْلكَذِبِ، وَتَرْكُ اْلآذَى ، وَصَوْنُ اْلجَوَارِحِ عَنِ اْلقَبَائِحِ

Artinya: “Adab berpuasa, yakni: mengonsumsi makanan yang baik, menghindari perselisihan, menjauhi ghibah (menggunjing orag lain), menolak dusta, tidak menyakiti orang lain, menjaga anggota badan dari segala perbuatan buruk.”

Berdasarkan pernyataan beliau, terdapat 6 (enam) adab Ramadhan, yaitu:

1.   Mengonsumsi makanan yang baik

Makanan yang baik bukan berarti makanan yang lezat atau mahal, tetapi adalah makanan yang halal dan baik bagi kesehatan tubuh kita. Jika kita memiliki masalah pada pancreas kita maka kita kurangi makanan yang mengandung gula, jika kita mengalami masalah kadar kolesterol yang terlalu tinggi maka kita kurangi makanan yang berlemak dan mengandung kolesterol. Bahkan ketika kita terlalu bermewah-mewahan dalam santapan buka puasa atau pun sahur kemudian kita posting di media social kita,  secara moral kita telah menyakiti orang-orang fakir dan miskin. Seandainya kita diberi kelebihan harta maka berbagi kepada fakir dan miskin tentu lebih mulya daripada hanya memamerkan di media sosial.

2.   Menghindari perselisihan

Di momen bulan puasa sudah sepatutnya kita menjaga kemulyaan dan kesucian bulan Ramadhan dengan tidak mengotorinya dengan tindaka-tindakan yang tidak bermoral dan dapat mengakibatkan retaknya hubungan sosial seperti berselisih atau bertengkar. Namun seandainya ada seseorang yang mencela, menghina, atau mengejek kita sehingga dapat mengakibatkan terjadinya perselisihan ataupun pertengkaran, Rasulullah SAW memberikan tips agar hal demikian tidak terjadi dalam haditsnya:

وَإِنِ امْرُؤٌ قَاتَلَهُ أَوْ شَاتَمَهُ فَلْيَقُلْ: إِنِّي صَائِمٌ مَرَّتَيْنِ

Artinya: “Dan jika seseorang mengajak bertengkar atau mencela maka katakanlah, ‘Sesungguhnya aku sedang berpuasa. (Ucapkan hal ini dua kali)’.”

3.   Menjauhi ghibah

Ghibah merupakan perbuatan membicarakan keburukan atau aib orang lain. Meskipun yang dibicarakan sesuai dengan kenyataan, Oleh karena itu setiap orang yang berpuasa perlu bersikap hati-hati dalam menjaga lisannya.  Semakin baik kita menjaga lisan, semakin banyak keselamatan kita dapatkan. Hal ini sejalan dengan hadits Rasulullah shallallahu alaihi wasallam yang diriwayatkan Al-Bukhari sebagai berikut:

   سَلَامَةُ اْلِإنْسَانِ فِي حِفْظِ الِّلسَانِ

Artinya: “Keselamatan manusia bergantung pada kemampuannya menjaga lisan.”  

4.   Menolak dusta

Ketika kita sedang berpuasa maka kita harus mampu menghindari berkata dusta ataupun sumpah palsu, karena dapat mengurangi dan menghilangkan pahala berpuasa kita dan tentunya akan mendapatkan dosa yang lebih besar. Hal tersebut sebagaimana disinggung Rasulullah dalam haditsnya:

   فَاتَّقُوا شَهْرَ رَمَضَانَ فَإِنَّ الْحَسَنَاتِ تُضَاعَفُ فِيهِ وَكَذَلِكَ السَّيِّئَاتُ

Artinya: “Takutlah kalian terhadap bulan Ramadhan karena pada bulan ini, kebaikan dilipatkan sebagaimana dosa juga dilipat-gandakan.”

5.   Tidak menyakiti orang lain

Setiap perbuatan tercela akan berdampak langsung terhadap kualitas ibadah puasa kita. Ibadah puasa yang kita lakukan dengan susah payah akan sia-sia apabila kita tidak mampu menahan diri dari perbuatan-perbuatan yang dapat menyakiti orang lain baik secara fisik maupun verbal. Oleh karena itu dalam momentum bulan Ramadhan ini penting bagi kita untuk selalu sadar terhadap bahaya dari lisan kita.

6.   Menjaga anggota badan dari segala perbuatan buruk

Di bulan Ramadhan ini, hendaklah kita dapat menjaga tangan kita dari perbuatan maksiat seperti memukul orang lain, mencuri, dan sebagainya. Demikian juga kaki kita, jangan sampai kita pergunakan untuk melangkah ke tempat-tempat maksiat. Begitu pula mata dan telinga kita hendaknya selalu kita jaga agar tidak melakukan perbuatan maksiat yang tentu dosanya akan dilipatkan dalam bulan suci ini. 

Kesimpulannya ibadah puasa bukan sekedar menahan lapar dan dahaga dari terbitnya matahari hingga terbenamnya matahari, lebih dari itu adalah bentuk nyata dari penghambaan kita terhadap Allah SWT. Wujud dari sebuah penghambaan adalah menjalankan segala perintahnya (baik ibadah mahdhah ataupun ghairu mahdhoh) dan menjauhi segala laranganya.


Sumber:https://islam.nu.or.id/khutbah/khutbah-jumat-enam-adab-berpuasa-menurut-imam-al-ghazali-n4Z6H

 

Jumat, 24 Maret 2023

BAGAIMANA CERITANYA ORANG YANG BERAGAMA MAJUSI BISA MASUK SURGA

Bulan Ramadhan adalah bulan yang mulia sebagaimana dikatakan didalam Hadist, Rasulallah SAW bersabda

إِذَا جَاءَ رَمَضَانُ فُتِحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ وَصُفِّدَتِ الشَّيَاطِينُ

Apabila Ramadhan tiba, pintu surga dibuka, pintu neraka ditutup, dan setan pun dibelenggu.” (HR. Bukhari )

 

Bahkan diantara kemulyaan bulan Ramadhan yang lain adalah, dapat menjadikan orang yang beragama majusi masuk surga seperti yang diceritakan dalam sebuah hikayat.

 

Pada suatu hari di bulan Ramadhan, ada seorang penganut agama Majusi yang melihat anaknya sedang enak-enakan makan di pasar. Melihat tingkah anaknya yang tidak bisa menghormati kaum muslimin yang sedang berpuasa, seketika ia mendatangi dan memukulnya, seraya bertanya

لِمَ لَمْ تَحْفَظْ حِرْمَةَ الْمُسْلِمِيْنَ فِيْ رَمَضَانَ

"Mengapa engkau tidak menjaga kehormatan kaum muslimin di bulan ramadhan"

Sang ayah rupanya marah kepada anaknya karena seenaknya makan dan tidak menghormati kaum muslimin yang sedang berpuasa. Setelah kejadian itu Beberapa waktu kemudian, sang pria majusi tersebut akhirnya meninggal dunia.

Setelah pria majusi itu meninggal dunia, kemudian Ada seorang  yang ‘Alim bermimpi bertemu pria majusi itu. Didalam mimpi tersebut, terlihat orang majusi tersebut tengah  duduk dalam singgasana surga dengan kemulyaanya. Seketika Orang Alim tersebut merasa aneh. lalu orang ‘Alim itu pun bertanya

أَلَسْتَ مَجُوْسِيًا

"Bukankah engkau orang kafir majusi ?

Kemudia orang majusi tersebut menjawab

بَلىٰ وَلٰكِنْ سَمِعْتُ وَقْتَ الموْتِ نِدَاءً مِنْ فَوْقِى يَا مَلَائِكَةً لَا تَتْرُكُوْهُ مَجُوْسِيًا فَأَكْرِمُوْا بِالْإِسْلَامِ بِحُرْمَتِهِ لِرَمَضَانَ

“Benar, namun saat maut menjelang, aku mendengar suara di atasku, “wahai malaikatku, jangan biarkan dia mati dalam keadaan majusi. Muliakanlah dia dengan islam sebab dia memuliakan ramadhan”.

Kesimpulanya: Bahwa orang majusi saja dapat menemukan iman berkat memuliakan bulan ramadhan. Lalu bagaimana dengan orang yg berpuasa dalam bulan ramadhan dan memuliakanya.

Oleh sebab itu marilah kita manfaatkan momentum bulan Ramadhan ini dengan memperbanya amal ibadah kepada Allah SWT dengan harapan kita semua akan mendapatkan kemulyaan-kemulyaan dari bulan Ramadhan Aamiin.

Sumber : kitab Zubdatul Majalis

Kamis, 23 Maret 2023

TIGA GOLONGAN YANG MENDAPAT DISPENSASI PUASA RAMADHAN

Seperti yang telah kita ketahui bersama bahwa puasa Ramadan hukumnya adalah wajib, yang mana mendapat pahala bila dikerjakan dan berdosa apabila ditinggalkan. Meskipun hukumnya wajib, tetapi Allah SWT memberi Dispensasi atau keringanan kepada kita. Dalam hal ini Allah SWT menghendaki kemudahan bagi hambanya dan tidak menghendaki kesukaran. Allah SWT berfirman

 

يُرِيْدُ اللّٰهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيْدُ بِكُمُ الْعُسْرَ

Artinya: Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu (Surah Al Baqarah 185)

 

Betapa baiknya Allah SWT mencurahkan rasa sayangnya yang luar biasa besar kepada hambanya. Dan betapa sangat pedulinya Allah SWT terhadap keadaan dan kondisi hambanya yang sedang mengalami kesusahan dan kesulitan. Begitulah agama ini, sungguh mudah dan sederhana jangan kemudian dipersulit dengan hal-hal yang bersifat furu’iyah.

Dalam surah Al-Baqarah 184 Allah SWT memberkan dispensasi kepada 3 kriteria orang yang boleh tidak berpuasa.

 

اَيَّامًا مَّعْدُوْدٰتٍۗ فَمَنْ كَانَ مِنْكُمْ مَّرِيْضًا اَوْ عَلٰى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ اَيَّامٍ اُخَرَ ۗ وَعَلَى الَّذِيْنَ يُطِيْقُوْنَهُ فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِيْنٍۗ فَمَنْ تَطَوَّعَ خَيْرًا فَهُوَ خَيْرٌ لَّهُ ۗ وَاَنْ تَصُوْمُوْا خَيْرٌ لَّكُمْ اِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ

 

Artinya: (Yaitu) beberapa hari tertentu. Maka barangsiapa di antara kamu sakit atau dalam perjalanan (lalu tidak berpuasa), maka (wajib mengganti) sebanyak hari (yang dia tidak berpuasa itu) pada hari-hari yang lain. Dan bagi orang yang berat menjalankannya, wajib membayar fidyah, yaitu memberi makan seorang miskin. Tetapi barangsiapa dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itu lebih baik baginya, dan puasamu itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui ( Al Baqarah 184)

 

Berdasarkan ayat diatas 3 kriteria yang mendapat dispensasi adalah:

 

1.   Orang yang sakit

Orang sakit pada kriteria yang pertama ini adalah orang yang sakit namun masih ada harapan untuk sembuh, ibu hamil, dan ibu menyusui maka ia boleh membatalkan puasanyaatau tidak berpuasa. Namun konsekwensinya ia harus menggantinya pada hari yang lain sebanyak puasa yang ditinggalkan. Namun bagi ibu hamil dan menyusui apabila masih merasa berat untuk mengqodho’ maka ia boleh menggantinya dengan membayar fidyah.

 

2.   Musafir atau orang dalam perjalanan

Bagi orang yang sedang dalam perjalanan dan sangat memberatkan baginya untuk menjalankan puasa maka ia boleh membatalkan puasanya. Adapun syarat utamanya adalah perjalanan yang bukan untuk bermaksiat. Namun demikian ia harus menggantinya dilain hari sesuai dengan banyaknya puasa yang ia tinggalkan.

 

3.   Orang yang tidak sanggup berpuasa

Pada kriteria ini diantaranya adalah orang yang sudah tua renta sehingga fisiknya tidak memungkinkan untuk tidak berpuasa atau orang yang sakit dan secara medis tidak ada harapan untuk sembuh, maka ia boleh untuk tidak berpuasa dan menggantinya dengan membayar fidyah. Dalam hal ini besaranya adalah 1 mudh atau sekitar 7 ons perharinya dan diberikan kepada fakir miskin.

 

Adapun Secara rincinya dapat dilihat pada tabel dibawah ini

 

No

Orang yang boleh tidak berpuasa

Qodho

Fidyah

1

Anak Kecil

X

X

2

a.    Gila Permanen

X

X

b.    Gila temporeri

X

3

a.    Sakit yang ada harapan sembuh

X

b.    Sakit yang tidak ada harapan sembuh

X

4

Lansia (Uzur)

X

5

Orang yang berpergian (Musafir)

X

6

Orang Hamil

 

 

a.    Kawatir akan dirinya sendiri

X

b.    Kawatir akan dirinya dan bayinya

X

c.    Kawatir akan bayinya saja

7

Orang Menyusui

 

 

a.    Kawatir akan dirinya sendiri

X

b.    Kawatir akan dirinya dan bayinya

X

c.    Kawatir akan bayinya saja

8

Haidh

X

9

Nifas

X

 

 


Golongan Orang Yang Berhak Menerima Zakat

Zakat adalah mengeluarkan sejumlah harta tertentu untuk diberikan kepada orang-orang yang berhak menerimanya dengan syarat-syarat yang telah...